Rabu, 06 Oktober 2010

PERINTANG MENJADI PELANCAR JALAN TUHAN


Renungan Minggu, 10 Oktober 2010.
Bacaan Alkitab: Kisah para rasul 9 1 6
Oleh: J.K.Iroth.
Untuk memangku suatu jabatan, hal yang sering menjadi pertimbangan adalah Kriteria. Untuk maksud tersebyt dibuatlah Kriteria jabatan tertentu. Dengan harapan orang yang menduduki jabatan tersebut memenuhi atau paling tidak mendekati kriterianya. Walau pun kenyataannya, tidak mudah untuk mendapatkan seseorang yang memenuhi kriteria yang ideal. Mendapatkan orang mendekati kriteria yang dimaksud sudah bagus. Tetapi sayang bahwa kadang-kadang orang yang dipilih sudah memenuhi Kriteria atau mendekati Kriteria yang dimaksud pun, ketika melaksanakan tugas ternyata mengecewakan. Pertanyaannya: Apa masalahnya? Apakah sipemangku jabatan, atau kriterianya, atau pembuat kriterianya atau yang menjadi penguji?
Bacaan hari ini, berbicara tentang Saulus (Paulus) yang dipilih dan dipersiapkan menjalankan misi Allah. Paulus lahir di Tarsus sebagai warga Roma (Kis 16:37; 21:39, 22:25 dab), dididik dengan teliti dibawah pimpinan rabi Gamaliel. Paulus berasal dari suku Benyamin dan menjadi anggota Farisi yang sangat aktif (Roma 11:1; Filp 3:5; Kisah 23:6). Farisi merupakan penerus dari Ezra, yang pada zaman pembuangan di Persia, Ezra seperti Kepala Depatemen Urusan Orang Yahudi. Tujuannya supaya Taurat Yahudi dilaksanakan secara baik. Ezra jugalah yang sesudah pembuangan diberi ilham oleh Allah untuk menulis kembali Taurat dan kitab lainya, yang rusak pada zaman pembuangan. Farisi adalah golongan yang menjauhkan diri dari kehidupan umum, sambil menantikan tindakan eskatologi dari pihak Allah. Mereka disebut Farisi  sebagai istilah dari ‘yang memisahkan diri’. 
Sebagai orang Farisi, Paulus bermaksud ingin menjaga Taurat Yahudi supaya dilaksanakan secara baik. Karena kefanatikannya dan keinginnya uuk ntmenjaga Taurat Yahudi supaya dilaksanakan secara baik, lalu mereka yang tidak melaksanakannya, Paulus teror, tangkap dan bahkan setujuh untuk membunuh mereka (Kis 26:10). Dalam kegeramannya terhadap mereka yang tidak melaksanakan Taurat Yahudi, seperti para “pengikut Yesus” yang disebut murid-murid Tuhan (ay.1) atau yang mengikuti Jalan Tuhan (ay.2) di Damsyik (Damaskus), Paulus ingin menangkap mereka, untuk diadili di Yerusalem. Tetapi pada saat dalam perjalanannya ke kota Damsyik untuk menangkap “pengikut Yesus” tersebut,  ketika ia sudah dekat kota, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia (ay.3). Paulus pun rebah ke tanah dan terdengarlah suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" (ay.4).  Paulus diingatkan, bahwa kegeramannya untuk menganiaya orang Kristen, bukan semata-mata hanya terkena kepada orang Kristen saja, melainkan mengena juga kepada Yesus Kristus (bnd. Matius 25:40). Saulus pun menjawab dengan pertanyaan: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Yesus menjawab: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu (ay.5). Dari jawaban yang singkat tersebut Paulus paham, bahwa sebenarnya ia bertemu dengan Yesus, yang pengikut-Nya, sedang Paulus aniaya. Karena itu dalam 1 Kor 9:1, Paulus katakan bahwa ia melihat Yesus. Yesus pun berkata kepada Paulus: “Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat." (ay.6).
Tujuan Farisi dan Paulus adalah baik, menjaga Taurat Yahudi supaya dilaksanakan secara baik. Tetapi yang menjadi masalah adalah caranya. Sebab kalau untuk menjaga Taurat Yahudi supaya dilaksanakan secara baik, mereka  harus meneror, menangkap dan bahkan membunuh pengikut Yesus, itu tidak benar. Tetapi menarik, bahwa Paulus yang adalah perintang, Tuhan pilih dan persiapkan menajdi pelancar jalan Tuhan untuk melaksanakan Misi-nya di dunia ini. Pertanyaanya: Mengapa Tuhan memilih orang seperti Paulus untuk menjadi rekan sekerja-Nya dalam melaksanakan Misi-nya di dunia ini. Apakah tidak ada yang lebih baik dari Paulus? Jawabannya tidak mudah, bahkan rasanya tidak mungkin untuk dijawab manusia. Sebab yang tahu adalah Tuhan. Tuhan memilih siapa yang menjadi pemimpin, itu adalah rahasia Tuhan dan hak Tuhan. Kita manusia, hanya mengira-ngira saja apa alasan Tuhan memilih Paulus. Misalnya: mungkin karena tujuan Paulus adalah baik. Karena ia ingin menjaga Taurat Yahudi supaya dilaksanakan secara baik. Itu pikiran manusia. Tetapi yang pasti Tuhanlah yang paling tahu, siapa yang tepat untuk menjadi pemimpin gereja yang menjadi rekan sekerja-Nya dalam melaksanakan misi-Nya di dunia ini.
Cara Tuhan memilih Paulus menjadi pemimpin, penting untuk dipelajari, ketika memilih seorang pemimpin. Demikian juga gereja yang tujuannya ”menjadi teman-teman sekerja Allah dalam mengerjakan misi-Nya, untuk menghadirkan damai sejahtra Allah di muka bumi ini”, menjadi penting belajar dari cara Tuhan. Kita dapat saja membuat sejumlah Kriteria untuk seorang pimpinan gereja. Tetapi ingat, bahwa siapa yang tepat untuk memimpin gereja, Tuhan-lah yang paling tahu. Sebab itu ketika kita memilih seorang pemimpin, jangan lupa untuk menggumulinya dengan Tuhan secara sungguh-sungguh. Kita membutuhkan hikmat Tuhan, untuk memilih siapa yang tepat menjadi pemimpin gereja Tuhan. Amin.